Kamis, 05 Mei 2011

Gejolak Minyak Kian Tajam

Kematian Osama bin Laden berhasil membuat pasar saham melonjak. Di saat bersamaan, harga komoditi primadona seperti minyak dan emas justru menjauhi level tinggi. Namun senrimen keamanan tersebut tidak akan mampu mengubah arah sesungguhnya dari berbagai komponen investasi. Misalnya minyak, gejolak harga tidak mencerminkan bahwa ada yang salah dengan komoditi ini, mengingat prospeknya masih cemerlang di tahun 2011. 
 
Harga minyak adalah landasan inflasi suatu negara yang sangat sensitif terhadap rumor dan berita. Namun jika diurut kembali kepada studi teknikal, terkadang proyeksi dan kenyataan sangatlah berbeda. Para analis serta traders berbagi pandangan mereka tentang volatilitas pasar minyak terkini.
 
1. Daryl Guppy, Trader, Penulis dan Pakar Investasi
 
"Target selanjutnya bagi minyak adalah $124."
 
Chart oil di NYMEX menunjukkan adanya pola perilaku baru, dimana pola itu berakhir dengan koreksi tiba-tiba. Seperti yang terjadi pasca kematian bin Laden. Saat minyak diperdagangkan di bawah $100, pola support dan resisten tampak konsisten. Target kisaran atas teknikal bagi oil adalah $98, target psikologis ada di $100. 
 
Saat melampaui $100, harga menjadi sering bergejolak dengan range pergerakan lebih tajam dibanding saat masih berada di bawah $100. Penentuan target pertama mengacu pada resisten psikologis $100, sehingga target atas terletak di $112 (kelipatan $12 antar resisten). Kemarin level tersebut sudah terpenuhi, maka target atas selanjutnya adalah di $124. Namun secara normal, minyak harus berkonsolidasi dulu di kisaran tersebut sebelum mengincar level tinggi baru. Saat konsolidasi lengkap, maka oil bisa menguji target jangka pendek $124. 
 
2. Matt Smith, Summit Energy, Kentucky
 
"Penurunan minyak adalah respon terhadap penguatan dollar."
 
Kegembiraan atas kabar bin Laden hanya bersifat sementara. Kini, perhatian kembali pada aksi hindar resiko dan perekonomian. Korelasi negatif antara minyak dan dollar kali ini adalah yang paling tajam sejak akhir November lalu. 
 
3. Michael Hewson, Analis CMC Markets
 
"Terdapat kecemasan bahwa suku bunga lebih tinggi bisa membunuh pertumbuhan demand minyak."
 
Harga minyak sempat anjlok setalah Bank Sentral India menaikkan suku bunga lebih dari perkiraan. Dengan demikian, aktifitas bisnis bisa bertambah lesu sehingga permintaan menyusut. Patut dicatat bahwa India adalah salah satu emerging markets paling aktif dalam memberi kontribusi bagi pertumbuhan global. Apalagi negara industri lainnya, China, sudah lebih dahulu menaikkan bunga acuan untuk melawan inflasi. 
 
Pekan lalu, stok minyak mentah AS naik 3,2 juta barel. American Petroleum Institute juga merilis kenaikan persediaan BBM sebesar 680 ribu. Laporan terkini dari Energy Information Administration akan dirilis malam ini. Laporan tersebut bisa memberi gambaran apakah daya tarik minyak masih cukup besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar