Rabu, 18 Mei 2011

Jan Hatzius - Goldman: Resesi Masih Jauh

Begitu banyak pekerjaan rumah yang masih harus dilakukan otoritas keuangan Amerika Serikat (AS) untuk menyelesaikan masalah ekonomi. Beberapa indikator penting belum konsisten membaik. Bahkan data housing start dan building permit yang dirilis semalam makin menggambarkan bahwa trauma mortgage belum pudar. 
 
Alhasil, beberapa kalangan mulai apatis dengan kinerja pemerintah. Ekspektasi resesi baru kembali mencuat ke permukaan. Apalagi sektor paling krusial, tenaga kerja, masih relatif buruk. Angka pengangguran belum beranjak dari level kronis. Meski demikian, sebagian analis mapan tidak meyakini adanya kemungkinan resesi di tanah AS. 
 
"Resesi masih jauh," demikian ujar Chief U.S Economist Goldman Sachs, Jan Hatzius. Meski tingkat pengangguran masih 9%, belum ada tanda bahwa luas lapangan kerja menyusut drastis. Butuh stagnasi tahunan sebelum resesi bisa benar-benar dipastikan. Pergerakan pasar saham yang masih di atas rata-rata tren mungkin tidak bisa merefleksikan situasi ekonomi sebenarnya di AS. Akan tetapi, tren tenaga kerja yang membaik dapat memicu optimisme. 
 
Hatzius merasa bahwa alasan tersebut berada di balik kebijakan suku bunga rendah dari the Fed. Salah satu bukti pemulihan ekonomi bisa terlihat dari kenaikan harga komoditi dalam 6 bulan terakhir. Selama lonjakan harga tidak jadi 'gelembung' secara cepat, maka resiko ekonomi belum tinggi. "Koreksi (komoditi) baru-baru ini bisa menjauhkan resiko jangka pendek," tutur Hatzius. Seandainya komoditi kembali melambung dengan instan seperti awal tahun ini, maka hal tersebut patut dicemaskan. 
 
Menyikapi laporan sektor hunian yang memburuk bulan ini, eksekutif Goldman ini menilai bahwa hal tersebut belum terlalu mengkhawatirkan. "Pembangunan rumah baru melambat dalam beberapa tahun terakhir," ulasnya. Namun pelaku pasar bisa optimis merespon hal tersebut. Mengingat harga properti terus menyusut dari waktu ke waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar