Indikator ekonomi Amerika Serikat (AS) berbalik ke arah perlambatan. Banyak warga masih menganggur dan sektor hunian resmi meraih predikat double dip. Di saat bersamaan, pejabat negara tengah mendiskusikan langkah untuk membawa perekonomian ke jalur yang benar. Tidak hanya itu, anggota legislatif juga harus berkonsiliasi dengan pemerintah dalam debat tentang plafon hutang negara.
Sesungguhnya langkah pemerintah tidak sepenuhnya gagal. Sektor otomotif mampu bangkit dan unemployment benefits bisa menopang hajat hidup warga. Lembaga perbankan dapat beraktifitas normal berkat bailout miliaran dollar. Meski demikian, beberapa pakar ekonomi dan analis konsisten mengkritisi kebijakan moneter otoritas. Ada yang mendukung, tidak sedikit pula yang skeptis. Berikut adalah kutipan pendapat berbagai analis yang dirangkum oleh Monexnews:
1. Norman Ornstein, Resident Scholar di American Enterprise Institute
"Setiap kesepakatan harus berujung pada pemangkasan anggaran."
Jika pejabat harus benar-benar mengambil keputusan segera, maka pemangkasan budget harus jadi prioritas. Hal tersebut memang sangat diinginkan pihak Republik sebagai bagian dari peningkatan plafon anggaran sebelum deadline 2 Agustus.
2. Eugene Steuerle, Ekonom dari Urban Institute
"Kedua pihak (Partai Demokrat dan Republik) sesungguhnya tahu cara menuntaskan negosiasi."
Situasi politik AS sangat mempengaruhi kebijakan ekonomi negara. Republikan mengendalikan parlemen, sementara Demokrat menyetir senat dan Gedung Putih. Terlalu banyak benturan kepentingan yang menutupi urgensi kebijakan itu sendiri. Apalagi pemilihan umum 2012 kian dekat, tidak heran kalau politisi lebih bersikap jual mahal dan sulit diajak kompromi.
Negosiasi soal hutang memang sangat beresiko terhadap perekonomian. Jika perundingan buntu, maka pasar akan sangat geram dengan kebodohan pasar pejabat. Masalah ini memang jadi problem utama karena pembengkakan hutang sudah lebih dari $14 triliun, sebuah angka yang sangat tinggi. Jumlah tersebut sedikit banyak dipicu oleh pemborosan melalui pos-pos pengeluaran seperti pemangkasan pajak, perang Irak dan Afghanistan serta pemberian stimulus.
Jika perekonomian terus terkikis, hanya ada satu opsi stimulus terakhir yang bisa dikejar, yakni program pembelian obligasi untuk memompa dana ke lini ekonomi. Namun negosiasi soal ini mungkin jauh lebih sulit dari perundingan apapun dalam sejarah AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar