Senin, 04 Juli 2011

Minyak Masih Miliki Momentum

Futures minyak mentah berpeluang melanjutkan kinerja apik pekan lalu. Pertimbangan utamanya adalah penguatan valuta euro terhadap dollar sebagai imbas kabar bailout Yunani.  
Data manufaktur ISM Juni yang dirilis Jumat lalu berhasil mengimbangi efek dari data PMI China yang negatif. Indikator manufaktur China turun hingga level terendah dalam 28 bulan, menandai perlambatan dalam ekonomi negara dengan kapitalisasi terbesar di Asia itu. 
 
"Perkembangan dan krisis euro akan berimbas langsung terhadap harga minyak mentah beberapa pekan ke depan," ujar Dhiren Sarin, Chief Technical Strategist Barclays Capital. Sarin memilih netral dengan menetapkan sedikit bias positif bagi WTI crude jika terjadi penembusan level $96 per barel. 
 
Pekan lalu, futures minyak pulih dari level terendah 4-bulan pasca 28 negara memutuskan untuk melepas cadangan minyak 60 juta barel. Adapun minyak mentah NYMEX untuk pengiriman Agustus bertahan di $94.94 per barel pada Jumat lalu (naik 4,2% dalam satu pekan). Adapun harga minyak brent bulan depan bertengger di $111.77 per barel jelang akhir pekan (naik 6,3% secara mingguan). 
 
Menurut beberapa analis, trader dan strategis yang disurvei CNBC, harga minyak masih akan naik pekan ini. Dari 10 responden, empat orang meyakini bahwa kenaikan tetap menaungi minyak, empat lainnya tidak melihat ada perubahan harga signifikan dan hanya dua orang yang melihat potensi penurunan. 
 
Linda Rafield, Analis Minyak Senior Platts, memiliki pandangan netral terhadap minyak. Hari libur membuat pekan menjadi lebih pendek di AS, sehingga akhitifitas dan persediaan akan menyusut. Oleh karena itu, rentan terjadi pergerakan volatile di pasar. "Jika data minyak mingguan hari Kamis dirilis mengejutkan, dapat terjadi gejolak singkat di pasar sebelum data jobs datang hari Jumat," ujar Rafield. Ia melihat NYMEX diperdagangkan antara $90-95 per barel pekan ini sedangkan Brent rawan berbalik ke bawah $110, atau mungkin sampai $105.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar